Thursday, November 08, 2007

My favourite Indonesian Movies

Nggak semua film2 Indo ancur sebenernya. Masih ada (banyak sih) yang masih lumayan jempolan untuk urusan kualitas walau mungkin masih banyak kelemahan sana-sini, n gak bisa lah dibandingin dengan luar punya. Anyway, beberapa menarik perhatian gue dan beberapa festival di luar. Here they are, my fave Indo Movies (peringkat gak menentukan paling bagus ato paling favorit. This is a random order) :

1. Pasir Berbisik (2001)

Cast: Dian Sastro, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Dik Doank, Dessy Fitri
Director: Nan Trevnia Achnas

Rasa2nya baru kali ini gue terpikat sama film Indo dengan nuansa yang agak tidak biasa. Pesona Bromo terekam kuat banget disini, disulap jadi panggung teatrikal yang menarik dengan kisah yang agak lain pula. Penuturan yang agak absurd diimbangi dengan akting yang menawan dari seluruh aktor yang terlibat termasuk Dik Doang yang bukan aktor. Christine Hakim masih merupakan aktris legendaris yang kita punya, belum ada yang bisa menandinginya di dunia akting kita. Dian Sastro pun bermain baik, jauh dari stereotype ABG nya di kala itu.

2. Langitku Rumahku (1990)

Cast: Baron Ahmadi, Piet Burnama, Soenaryo
Director: Slamet Rahardjo

'Biar yang makan si Molly, perutnya bosok!!!', kutipan dari kata2 di film ini masih terekam jelas di kuping gue. Kisah anak kaya yang bersahabat dengan anak miskin buatan tahun 1990 an ini bersetting di Jakarta, Surabaya dan Jogja. Yang tidak biasa dari film ini adalah mulai digunakannya dialog2 mengalir seperti layaknya orang biasa waktu ngobrol di jalan2, walau masih ada segmen2 yang kurang tergarap dengan baik sebetulnya. Hal itu masih belum banyak dituangkan dalam film2 Indo hingga film ini dibuat. Banyak juga pesan2 sosial dan sentilan2 bernuansa politis (utk rezim Orba) yang disamarkan secara halus oleh Sang Sutradara.

3. Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986)

Cast: Deddy Mizwar,Lidya Kandou,Ikranagara, Ully Artha
Director: Chaerul Umam

Ini film komedi terbaik bikinan anak Indonesia hingga saat ini bersanding dengan Nagabonar...menurutku. Kebanyakan komedi jaman itu (sampe sekarang sih) masih mengandalkan slapstick atau pembodohan2, tapi tidak dengan KDKK, dialog2 bernas mengalir ditambah sentuhan2 ala teater mungkin juga karena digawangi Ikranagara, seorang pemain teater. Sekuelnya, Keluarga Markum juga sebenarnya masih mengambil pendekatan serupa dan berkualitas hampir sama, hanya sayangnya tidak sebagus KDKK. KDKK lumayan sukses di era nya, sayangnya belum ada film komedi sejenis (selain sekuel2nya) yang dibuat dengan kualitas yang sama.

4. Berbagi Suami (2006)

Cast: banyak banget
Director: Nia Di Nata

Kalau kata gue mah, ini film terbaik tahun 2006 yang gagal dapat nominasi Citra karena konspirasi. Tiga cerita dalam satu film yang disatukan dengan lumayan baik. Dipotret dari sudut pandang yanga agak kurang seimbang sih menurut gue (maklum Director nya ce) tapi tetap menarik. Gak usah banyak2 ditulis disini deh karena masih hangat, dan gue sarankan bagi yang ingin tau kisahnya silakan beli VCD, DVD atau nyewa di rental video terdekat.

5. Janji Joni (2005)

Cast: Nicholas Saputra, Renatha, Surya Saputra dll
Director: Joko Anwar

Film dengan pendekatan gaya kontemporer. Kisah yang sederhana, dibungkus dengan kemasan yang agak berbeda. Orisinil, dan berupaya memotret kehidupan Jakarta sih sebenernya. Jangan lupa permainan O.K. dari Barry Prima aktor laga 80-an sebagai supir taksi yang tukang ngomomng tapi baik hati. Akting yang mengagetkan sebelum dipatahkannya kembali lebih brilian lagi setelah berakting sebagai seorang transsexual di Realita Cinta, Rock N Roll.

6. Nagabonar (1987)

Cast: Deddy Mizwar, Wawan Wanisar,
Director: M.T. Risyaf

Gue gak begitu tau siapa sutradaranya, film ini kalo gak salah dapet Citra taun 1987. Film perjuangan tapi komedi. Film ini kuat karena akting kuat aktor2 nya plus cerita yang tidak menggurui soal nasionalisme, perjuangan. Cerita copet yang jadi seorang Jenderal mungkin agak absurd, tapi mimpi yang harusnya bisa dijadikan siapapun yang ingin hidup lebih baik, dan lebih lurus. Film2 komedi perang hollywood gue bilang kalah berisi dibanding Naga Bonar, entah lah kalau M*A*S*H* nya Robert Altman.
Catatan: sekuelnya di tahun 2006 Nagabonar jadi 2 juga mendapat sambutan yang lumayan meriah.

7. Daun di Atas Bantal (1998)

Cast: Christine Hakim, Heru, Kancil, Sugeng
Director: Garin Nugroho

Two thumbs up for Garin. Ini adalah film kedua Garin yang berhasil gue simak setelah Surat Untuk Bidadari (1994) yang juga merupakan film yang bagus. Hebatnya dia merekrut gelandangan2 asli Jogja untuk bermain sebagai gelandangan2 juga. Oke ini bukan karya Garin yang terbaik memang, but overall it's good, mungkin lebih 'ringan' dibanding Surat yang jauh lebih berat. Sayangnya Garin seperti kurang mendapat tempat di dalam negeri setelah pengormatan di luar.

8. Tjoet Nja' Dhien (1988)

Cast: Christine Hakim, Piet Burnama, yang laen lupa
Director: Eros Djarot

Film kolosal ini dibuat dalam rentang 2 tahun. Hasilnya tidak sia-sia. Fim kolosal terbaik yang pernah dibuat menurut gue. Gak dibuat asal2an. Para Belanda nya pun berdialog dengan bahasa Belanda, bukannya ngomong 'Kowe orang ekstrimis2 itu ya' seperti banyak film laen. Riset yang dilakukan Eros lumayan detil, termasuk kostum2 serta mencoba jujur apa adanya tentang beliau sang pahlawan.

9. Denias, senandung di atas awan (2006)

Cast: Albert Fakdawer, Marcella Zalianti, Mathias Muchus
Diretor: John De Rantau

Oke mungkin film ini masih meninggalkan 'rasa' film lokal. Namun yang menarik dari film ini adalah scenery Papua yang direkam indah sekali serta pesan moral tentang pendidikan, etos kerja, perjuangan seorang Denias (dari kisah nyata) yang rasa-rasanya harus diresapi di tengah kebingungan kita hidup di era milenium yang bikin puyeng. Juga seharusnya membuat sadar kita2 tentang masalah ekonomi dan pendidikan di Propinsi yang paling ujung timur Indo yang setiap saat dapat bergejolak. Agak kurang untuk liturgi atau dramatisasi, jempol untuk sceneries dan penokohan.

10. Surat Untuk Bidadari (1994)

Cast: Nurul Arifin, Windy, Adi Kurdi, Jajang C. Noer
Director: Garn Nugroho

Di film inilah Garin mendapatkan reputasi internasionalnya. Film ini bahkan dijadikan bahan diskusi mahasiswa sosiologi dan film di Universitas2 di Australia dan Amerika Serikat, diantaranya University of Melbourne. Film ini puitis dan banyak mengeksplorasi budaya di NTB dan benturannya dengan budaya global. Keren.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home