Saturday, April 12, 2008

Indonesian dan kumpul-kumpul

Catatan: Bakal banyak yang kontra dengan tulisan di bawah ini, banyak yang akan tidak setuju, ini adalah bagian dari keterbukaan berpikir walau isinya mungkin dangkal. Dan saya tidak perlu meminta maaf atas isi dari tulisan ini apabila menyinggung satu pihak. Maafkan saya atas ketidakmauan saya untuk meminta maaf.

Kenapa sih orang Indonesia itu senang dan sering bikin acara kumpul-kumpul? Bahkan ada pepatah (yang sama sekali tidak berlaku buat gue) "Mangan ora mangan sing penting kumpul" alias Makan gak makan asal ngumpul (kebalikan buat gue: Kumpul Gak Kumpul yang penting makan). Beberapa orang western bahkan menganggap kesukaan orang-orang indo untuk ngumpul-ngumpul adalah luar biasa, sehingga ada yang salut dan iri akan kebiasaan ini.

Bagi saya, tidak ada yang salah dan mungkin banyak manfaatnya. Tapi perhatikan ini: ada hasil riset yang mengatakan banyak mahasiswa Indo yang merasa terisolasi ketika belajar di luar negeri. Hal yang sebenarnya tidak terlalu jadi beban buat ku, mungkin ini dikarenakan banyak mahasiswa Indo yang terlalu menggantungkan nasibnya kepada rekan-rekan sejawat yang mereka pikir senasib dan sepenanggungan. Perhatikan pula bahwa ternyata di luar negeri banyak sekali kumpulan-kumpulan atau organisasi-organisasi sejenis asal tanah air dan tiba-tiba hampir semua merasa sangat cinta budaya sendiri, hal yang justru sangat jarang mereka lakukan di tanah air.

Mungkin saking senangnya bersosialisasi kadang-kadang banyak momen yang tidak perlu mati-matian dijadikan suatu acara atau seremoni semerta-merta menjadi satu keharusan untuk dirayakan. Kalau mau jujur inti nya sih cuma pengen kumpul-kumpul, ujung-ujungnya? Pemborosan. Yah pemborosan. Saya tidak anti sosialisasi kumpul-kumpul ala orang Indonesia kebanyakan, yang jadi masalah buat saya pribadi adalah terlalu sering ada acara begini di momen-momen yang tidak penting atau tidak terlalu penting. Berapa banyak keuntungan cafe-cafe di Indo dari acara arisan-arisan tidak terlalu penting dan cuma menghabiskan duit suami? Itulah mungkin kenapa banyak didirikan tempat semacam itu.

Mungkin ada yang heran apa sih perlunya tulisan ini? Yah karena ternyata di negeri seberang, beribu kilometer dari Indo, ternyata kebiasaan itu masih 'dilestarikan'. Intinya buatku, kemungkinan orang-orang Indo ini kebanyakan tidak PeDe kalau tidak ada orang Indo lain, walau penelitian untuk hal ini mungkin belum ada. Mungkin memang orang-orang Indo tidak bisa 100% mandiri untuk jadi seseorang. Mau bukti? Hanya segelintir orang di tanah air yang berani berbeda. Hanya sedikit yang mantap untuk menjadi minoritas untuk pendirian yang kuat. Kebanyakan ya ikut arus. Dalam sistem voting kita pun ternyata juga demikian, ada istilah kuorum, 2/3 suara atau sejenis nya untuk menentukan hasil dari voting. Sampah.

Sekali lagi, mohon maaf atas ketidakmauan saya untuk minta maaf terhadap siapapun juga yang merasa tersinggung atas tulisan saya ini. Ini adalah bentuk kespontanan saya dari hasi perasan otak campuran kanan-kiri yang mungkin merasa sedikit terganggu, tapi yang juga saya syukuri atas nikmat dari Nya. Bahwa ternyata saya masih bisa berpikir...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home