The Tiger and The Snow / La Tigre e la neve (2005) : Movie Review
Director : Roberto Benigni
Cast : Roberto Benigni, Nicoletta Braschi, Jean Reno, Tom Waits
Genre : Romantic Comedy
Roberto Benigni dikenal disini dalam Life is Beautiful yang fenomenal itu. Kali ini kembali lagi dengan membawa cast yang sama (Braschi) dalam satu komedi romantis 'La Tigre e La Neve'. Kisahnya sebenarnya simpel, seorang duda Attilio (Benigni) selalu memimpikan hal yang sama, pernikahan dengan seseorang yang diiringi Tom Waits. Sampai akhirnya dia bertemu dengan wanita yang dimaksud dalam pertemuan dengan seorang penyair Irak , Fuad (Reno). Wanita tersebut dikenalkan sebagai Vittoria (Braschi) seorang penulis yang juga kenalan dekat Fuad. Vittoria pada awalnya tidak tertarik dengan Atillio bahkan lari dalam kencan pertama mereka. Vittoria berkata bahwa yang bisa menyatukan mereka hanya ketika di Roma ada Harimau serta turun Salju (2 hal yang hampir mustahil).
Hingga akhirnya Vittoria ternyata sedang koma di Irak (kabar dari Fuad). Disinilah sebenarnya visual yang hendak ditonjolkan dimulai. Irak yang bersetting tahun 2003 tengah dalam kemelut, ketika pasukan AS menyerbu. Kesulitan bagi Attilio dimulai ketika mencari tiket ke Baghdad (almost impossible), dibawakan dengan gaya komedi khas Benigni. Kemudian berupaya untuk menyembuhkan sang wanita yang dicintaiya tersebut.
Setting Irak ini mungkin yang jadi ciri khas film ini. Komedi-komedi segar keluar dalam scene2 yang kadang membuat kita cuma bisa tersenyum simpul. Ketika bagaimana Atillio ditanya oleh Fuad gimana caranya sampai ke sini ? By Bus jawab Attilio, kemudian ketika menemukan pemukul lalat dia berseru 'Lihat Vittoria, akhirnya kita bisa menemukan senjata pemusnah massal itu'. Atau ketika ditodong tentara AS yang ketakutan karena di sekujur tubuh Atillio penuh botol2 cairan yang disangka bom (kayaknya sedikit ingin mentertawakan phobia AS terhadap teroris) padahal isinya cairan infus.
Selebihnya boleh dikatakan datar, konflik yang dituturkan pun biasa2 saja. Bahkan kadangkala tanpa penjelasan sama sekali, umpamanya kala Fuad commited suicide yang entah karena apa. Film ini boleh dikatakan one man show -nya Roberto Benigni, serupa dengan film2 nya terahulu. Mungkin bisa dibuka sedikit spoiler disini, pada endingnya Vittoria tanpa sengaja berpapasan dengan Harimau Bengala (yang ternyata Harimau yang lepas dari Sirkus) di tengah turunya awan2 putih (atau daun putih?) yang mirip dengan turunnya salju, di tengah kota Roma. Hmm Sounds familiar ending huh ?
Cast : Roberto Benigni, Nicoletta Braschi, Jean Reno, Tom Waits
Genre : Romantic Comedy
Roberto Benigni dikenal disini dalam Life is Beautiful yang fenomenal itu. Kali ini kembali lagi dengan membawa cast yang sama (Braschi) dalam satu komedi romantis 'La Tigre e La Neve'. Kisahnya sebenarnya simpel, seorang duda Attilio (Benigni) selalu memimpikan hal yang sama, pernikahan dengan seseorang yang diiringi Tom Waits. Sampai akhirnya dia bertemu dengan wanita yang dimaksud dalam pertemuan dengan seorang penyair Irak , Fuad (Reno). Wanita tersebut dikenalkan sebagai Vittoria (Braschi) seorang penulis yang juga kenalan dekat Fuad. Vittoria pada awalnya tidak tertarik dengan Atillio bahkan lari dalam kencan pertama mereka. Vittoria berkata bahwa yang bisa menyatukan mereka hanya ketika di Roma ada Harimau serta turun Salju (2 hal yang hampir mustahil).
Hingga akhirnya Vittoria ternyata sedang koma di Irak (kabar dari Fuad). Disinilah sebenarnya visual yang hendak ditonjolkan dimulai. Irak yang bersetting tahun 2003 tengah dalam kemelut, ketika pasukan AS menyerbu. Kesulitan bagi Attilio dimulai ketika mencari tiket ke Baghdad (almost impossible), dibawakan dengan gaya komedi khas Benigni. Kemudian berupaya untuk menyembuhkan sang wanita yang dicintaiya tersebut.
Setting Irak ini mungkin yang jadi ciri khas film ini. Komedi-komedi segar keluar dalam scene2 yang kadang membuat kita cuma bisa tersenyum simpul. Ketika bagaimana Atillio ditanya oleh Fuad gimana caranya sampai ke sini ? By Bus jawab Attilio, kemudian ketika menemukan pemukul lalat dia berseru 'Lihat Vittoria, akhirnya kita bisa menemukan senjata pemusnah massal itu'. Atau ketika ditodong tentara AS yang ketakutan karena di sekujur tubuh Atillio penuh botol2 cairan yang disangka bom (kayaknya sedikit ingin mentertawakan phobia AS terhadap teroris) padahal isinya cairan infus.
Selebihnya boleh dikatakan datar, konflik yang dituturkan pun biasa2 saja. Bahkan kadangkala tanpa penjelasan sama sekali, umpamanya kala Fuad commited suicide yang entah karena apa. Film ini boleh dikatakan one man show -nya Roberto Benigni, serupa dengan film2 nya terahulu. Mungkin bisa dibuka sedikit spoiler disini, pada endingnya Vittoria tanpa sengaja berpapasan dengan Harimau Bengala (yang ternyata Harimau yang lepas dari Sirkus) di tengah turunya awan2 putih (atau daun putih?) yang mirip dengan turunnya salju, di tengah kota Roma. Hmm Sounds familiar ending huh ?
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home