Tuesday, September 27, 2005

worth watching movies too

How about these ? :

- The Shawshank Redemption (1994), Director : Frank Darabont
- Stand By Me (1986), Director : Rob Reiner
- A Clockwork Orange (1972), Director : Stanley Kubrick
- Lost In Translation (2004), Director : Sofia Coppola
- The Usual Suspects (1995), Director : Bryan Singer
- Sin City (2005), Director : Robert Rodriguez, Q. Tarantino

Thursday, September 15, 2005

Dream Theater's Octavarium : My Review



Track List :
1. The Root Of All Evil
2. The Answer Lies Within
3. These Walls
4. I Walk Beside You
5. Panic Attack
6. Never Enough
7. Sacrificed Sons
8. Octavarium

(wrote in indonesian only)

by : Andrian Rendra Lesmana

Baru saja rasanya telinga saya ini digempur Train of Thought 2 tahun yang lalu, Dream Theater (DT) telah merilis Octavarium. Well, apalagi yang mereka coba suguhkan setelah Train yang sangat bergemuruh itu ? Bagi saya terlalu cepat waktu 2 tahun untuk mengumpulkan energi dan kreativitas DT (apalagi beberapa nomor Train saya anggap tidak terlalu menjanjikan). DT mulai dilanda kejenuhan ? Atau mencoba menggabungkan 'hasil' di 2 album terakhir mereka (Six DoIt : Too Experimental for their metal ears fans, Train of Thought : Too Metal and Too Hard for their Prog ears fans) ? Entahlah yang jelas inilah persembahan mereka, 8 track yang agak lebih catchy di telinga walau masih ber rumit2 ria untuk seksi riffnya.

DT masih berkutat di kedalaman lirik (setidaknya mereka mencoba), walau beberapa riff nya terkesan dipaksakan. Octavarium dibuka dengan 'The Root of Evil' yang sangat hard rock n mengingatkan saya akan lagu2 dalam 'Crypric Writings' nya Megadeth. Kemudian diteruskan dengan The Answer Lies Within, satu nomor yang agak nge-pop (atau nge-slow rock?) dan salah satu nomor fave saya disini, nomor yang agak mirip dengan the answer adalah I Walk Beside You. Sisanya sebelum masuk nomor terakhir, masih banyak yang terlalu mirip dangan Train, bahkan beberapa riff nya sama plek dengan lagu2 di Train.

Mungkin juga saya berharap terlalu muluk untuk melihat DT kembali ber eksperimen atau malah kembali cita rasa 'Art Rock' nya sama seperti masa Kevin Moore dulu. Tapi tunggu... track terakhir : Octavarium. Ternyata menawarkan satu hal yang lain, mungkin bisa disamakan dengan materi di Six Degrees ... tapi jauh lebih menawan. Ada rasa-rasa Prog-Rock nya Pink Floyd, Genesis era Peter Gabriel atau aliran2 Prog nya Canterbury di 70 an dulu. Ya materi seperti inilah yang memang saya harapkan datang dari grup sekelas DT, mungkin juga saya sudah bosen dengan nada2 full of trigger n distortion.

LaBrie terlihat sudah jauh membatasi diri untuk tidak menaiki nada2 tinggi, Portnoy terdengar lebih santai. Myung tidak ada perubahan, mungkin album ini albumnya Rudess yang lebih banyak mengisi dengan sound yang lebih bervariasi, yang agak mengecewakan justru Petrucci. Pada materi2 yang minim distorsi kok sepertinya beliau ini ogah2an untuk ngisi dengan sound yang lebih eksperimental, terus terang saja rasanya JP, masih mengandalkan tarian tangannya di atas fret dibandingkan bereksplorasi dengan sound. Apalagi sejak mengganti Ibanez nya dengan Music Man, sound-nya JP terdengar monoton, tidak terlalu banyak perubahan.

Terlepas dari semuanya, DT masih layak menempatkan dirinya di jajaran atas Prog-Rock. Kualitas bermusik adalah sumber daya mereka dalam berkreasi, yeah mudah-mudahan DT tidak bosan untuk terus eksis. Sayang, album sekelas ini tidak masuk ke pasaran Indonesia (Saya menyimak melalui CD bajakan yang dijual di emperan, too bad).

Saturday, September 03, 2005

FRIENDS

NO ini bukan serial friends yang melegenda itu (katanya), bukan.
Aku cuma ingin tahu, seberapa penting-kah teman untuk kalian ?
Apakah hanya sebagai hiburan belaka di saat bete ? Atau lebih dari itu ?