Wednesday, March 26, 2008

The Great Lost and My Unconditional Love

I have been battled with my morose for the last few days, after hearing a relatively very shocking news from my cousin, his cat was dead..the lovely cat that brought us a tremendous memories, he is a lovable cat and is a great friend to play with, indeed...

My love to him is really a true and an honest one. A love that perhaps somebody else will not understand that much. Love is supposed to be without any requirements, love is a wonderful thing and a blessing. Through him I have learned about love, through a cat..

Thank you my dear ipe, for the greatest moments we have together, for the experience that you have been taught, you are always be with me in my mind, I will bear the memories within my heart, perhaps someday, someway and somehow, we will meet and play again...(with His permission)..

Sunday, March 16, 2008

Film-film klasik



Syahdan beberapa bulan lalu, Cinemags, salah satu majalah yang mengulas film di Indonesia memuat 100 film paling berpengaruh sepanjang masa (yang sayangnya dikarenakan harga Rp. 75.000,- yang menurut gue gak masuk akal untuk sebuah majalah lokal, tidak sempat saya nikmati..). Edisi berikutnya memuat surat salah seorang pembaca, yang isinya menanyakan kenapa film Citizen Kane (1941) yang jelas masuk sebagai salah satu film makhsyur (bener gak ya ejaannya?) di berbagai media dan AFI (American Film Institute) tidak masuk dalam daftar? Jawaban Cinemags sangat simpel :"Film itu terlalu Amerika bangets (kira-kira begitu), rasanya terlalu American Style, makanya tidak kami muat".

Oke, terlalu subyektif memang kalau ingin kita membuat perbandingan-perbandingan berdasarkan selera. Tapi masak Citizen Kane? Cinemags terlalu sembrono untuk tidak memasukkan Citizen Kane. Kalau soal teknologi yang jadi acuan jelas film-film era 60-an kebawah memang harus tiarap. Akan tetapi mestinya bukan itu yang jadi acuan. Kalau seandainya film-film bisu slapstick Chaplin dirilis sekarang jelas akan jadi bahan tertawaan, tapi kenapa film-film itu hebat pada masanya? Karena memang brilian pada masa itu. Tanyakan orang-orang yang hidup era 40-an kenapa Cassablanca (1942) jadi hit pada masa itu? Karena selain memuat kisah yang lumayan menarik, juga karena isu yang juga sedang happening pada masa itu, pendudukan Jerman-Nazi di jazirah Eropa-Afrika Utara.

Belakangan, sekitar beberapa tahun terakhir gue rajin menyimak film-film rilisan 70-an ke bawah. Kalau diperhatikan durasi film klasik biasanya lumayan panjang dan melelahkan. Film pada masa lampau memang adalah alterasi drama theater atau opera ke dalam pita seluloid. Menyimaknya serasa menonton drama theater, bahkan saduran Shakespeare, Julius Caesar (1951) yang dibintangi Marlon Brando muda set stage nya pun sangat teater banget. Salah satu film yang sangat mempengaruhi gue adalah Sunset Blvd. (1950). Film ini dikaegorikan sebagai salah satu film Noir terbaik di masanya. Jika dirilis pada masa kini pun rasanya script nya sudah sempurna, ditambah director dan aktor yang tepat rasanya tema yang diangkat masih tetap up-to-date (dengan beberapa penyesuaian). Berikutnya The Wizard of Oz (1939) dengan theme song nya yang catchy, sama dengan salah satu mahakarya 1960-an The Sound of Music (1962).

Skrip film-film terbesar masa lalu sangat jujur walau terkesan kaku pada akting. Sisi artistik dalam dialog sangat diperhatikan. Rasanya seperti melihat sejarah dunia. Kita bisa lihat bagaimana pandangan orang-orang Amerika yang sebenarnya pada jaman itu tentang pendudukan Nazi. Juga tentang peralatan, fashion, teknologi yang mereka gunakan pada masanya. Bukankah film juga merupakan sejarah terbesar dalam kesenian?

Salah besar jika Cinemags hanya beropini bahwa Citizen Kane sangat Amerika, oleh karenanya 'tidak layak' masuk daftar pilihan mereka sebagai salah satu 100 film berpengaruh. Perbandingan yang semestinya dilakukan adalah membandingkan Citizen Kane dengan film lainnya pada tahun 1940-an dan beri opini yang memuaskan. Pada masa itu rasanya Orson Welles sangat berani untuk memasukkan tema yang diangkat dalam dunia perfilman Hollywood.

Friday, March 14, 2008

Recent Listening and Watching

Listening:
The Glass Prison - Dream Theater
Forsaken - Dream Theater
Ohne Dich - Rammstein
Moskau - Rammstein
Amerika - Rammstein
Mutter - Rammstein
Greensleeves - John Coltrane
Mr. Brightside - The Killers
I'se A Muggin' - Django Reinhardt

Watching:
To Kill A Mockingbird (1962)
Seinfeld
Bewitched second season
American Splendor (2003)
The Squid and The Whale (2006)
Mulholland Dr. (2001)


..and I really miss my 'mesin giling'...

...

"We don't read and write poetry because it's cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion. Medicine, law, business, engineering, these are all noble pursuits, and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love, these are where we stay alive for..." (Dead Poets Society, 1989)

Kutipan diatas adalah quotes favoritku dari semua quotation film manapun yang pernah ada di muka bumi ini. Ada yang salah ketika banyak orang 'meminggirkan' seni, terutama di negeriku yang konon kaya dengan keanekaragaan seni budayanya. Berapa banyak kah jumlah budayawan, sastrawan (yang betul-betul sastrawan, bukan sekadar pengarang chick's lit), seniman (anu bener seniman sanes so-called pekerja seni made in sinetron) dibandingkan dengan para eksekutif muda berdasi di jalan Sudirman, Jakarta atau bahkan birokrat di seputaran Istana Negara (errr..bukannya termasuk saya?) ?

Mengapa aku baru tersadar akan besarnya potensi art (mari ganti dulu aja kata2 seni) ini setelah aku tinggal di negeri yang diwarisi kultur Anglo-Celtic di belahan selatan ini? Di negara yang masih menyembah Queen Elizabeth II ini rasanya tidak begitu banyak aneka ragam budaya, tapi bisa menghargai art sedemikian besarnya. Disini, orang rela duduk menunggu hingga malam hanya untuk melihat sorotan sinar laser dimandikan pada gedung-gedung ala Victorian yang juga tak kalah indahnya. Pengalaman lain yang tidak pernah terlupakan adalah sewaktu menikmati penyanyi opera ngamen di sekitar Rundle St. She was awesome at that time!

Awalnya aku sering menggerutu, untuk nonton festival aja mesti bayar sekian, dan sekian... sampai tiba-tiba, hei, kenapa gue mau ngeluarin duit sekian dan sekian untuk beli t-shirt adidas mu yang akhirnya juga bulukan itu? Kenapa loe mau aja disuruh bayar segindang untuk 1 suit yang - katanya - bikin diriku chic kalo ke kantor yang kalo dipikir2 suit dengan harga yang 'masuk akal' saja udah cukup kalau hanya dipakai ke kantor? Pekerja seni pantas dihargai sama dengan desainer yang desainnya tadi aku beli. Mereka lah yang membuat hidup ini jauh lebih berwarna, bervariasi, dan juga sekaligus secara tidak langsung menyadarkan bahwa Sang Pencipta adalah seniman TERBESAR di seluruh alam semesta ini dengan 'karya-Nya'... mereka itu.

So, what's happened in my lovely country? Why that some of my countrymen said that what can you earn from art? Kenapa beberapa sejawat-sejawatku disini banyak yang lebih memilih tidur di rumah daripada sekadar mengeksplorasi ruang ini hanya dengan alasan, sekadar menghemat AUD nya? Art ternyata belum mendapat porsi yang layak di negara yang kaya akan potensi art nya. Dia hanya sebagai simbol di resepsi pernikahan, dia hanya dipakai sebagai topeng keglamoran para 'pekerja seni', dia diagung-agungkan hanya di buku-buku pelajaran anak sekolah. Mungkin aku terlalu skeptis, ya mungkin...