Friday, September 15, 2006

The Tiger and The Snow / La Tigre e la neve (2005) : Movie Review

Director : Roberto Benigni
Cast : Roberto Benigni, Nicoletta Braschi, Jean Reno, Tom Waits
Genre : Romantic Comedy

Roberto Benigni dikenal disini dalam Life is Beautiful yang fenomenal itu. Kali ini kembali lagi dengan membawa cast yang sama (Braschi) dalam satu komedi romantis 'La Tigre e La Neve'. Kisahnya sebenarnya simpel, seorang duda Attilio (Benigni) selalu memimpikan hal yang sama, pernikahan dengan seseorang yang diiringi Tom Waits. Sampai akhirnya dia bertemu dengan wanita yang dimaksud dalam pertemuan dengan seorang penyair Irak , Fuad (Reno). Wanita tersebut dikenalkan sebagai Vittoria (Braschi) seorang penulis yang juga kenalan dekat Fuad. Vittoria pada awalnya tidak tertarik dengan Atillio bahkan lari dalam kencan pertama mereka. Vittoria berkata bahwa yang bisa menyatukan mereka hanya ketika di Roma ada Harimau serta turun Salju (2 hal yang hampir mustahil).

Hingga akhirnya Vittoria ternyata sedang koma di Irak (kabar dari Fuad). Disinilah sebenarnya visual yang hendak ditonjolkan dimulai. Irak yang bersetting tahun 2003 tengah dalam kemelut, ketika pasukan AS menyerbu. Kesulitan bagi Attilio dimulai ketika mencari tiket ke Baghdad (almost impossible), dibawakan dengan gaya komedi khas Benigni. Kemudian berupaya untuk menyembuhkan sang wanita yang dicintaiya tersebut.

Setting Irak ini mungkin yang jadi ciri khas film ini. Komedi-komedi segar keluar dalam scene2 yang kadang membuat kita cuma bisa tersenyum simpul. Ketika bagaimana Atillio ditanya oleh Fuad gimana caranya sampai ke sini ? By Bus jawab Attilio, kemudian ketika menemukan pemukul lalat dia berseru 'Lihat Vittoria, akhirnya kita bisa menemukan senjata pemusnah massal itu'. Atau ketika ditodong tentara AS yang ketakutan karena di sekujur tubuh Atillio penuh botol2 cairan yang disangka bom (kayaknya sedikit ingin mentertawakan phobia AS terhadap teroris) padahal isinya cairan infus.

Selebihnya boleh dikatakan datar, konflik yang dituturkan pun biasa2 saja. Bahkan kadangkala tanpa penjelasan sama sekali, umpamanya kala Fuad commited suicide yang entah karena apa. Film ini boleh dikatakan one man show -nya Roberto Benigni, serupa dengan film2 nya terahulu. Mungkin bisa dibuka sedikit spoiler disini, pada endingnya Vittoria tanpa sengaja berpapasan dengan Harimau Bengala (yang ternyata Harimau yang lepas dari Sirkus) di tengah turunya awan2 putih (atau daun putih?) yang mirip dengan turunnya salju, di tengah kota Roma. Hmm Sounds familiar ending huh ?

Some records that i desperately want

Gue kepingin bisa dapetin album/single di bawah ini yang sekarang susah banget nyarinya :

1. Remedy - The Black Crowes (single)
2. All the Tribal Tech record.

Scott Henderson rules !!!

3. Throwing Copper - Live (Album).
I forgot where i put it.

4. Purple - Stone Temple Pilots (album).
This one too

5. Live in The U.K. - Helloween (live album).
Pengen dengerin How Many Tears ? versi Kiske

6. Badmotorfinger - Soundgarden (album)

7. My Funny Valentine - John Coltrane.
Versi Coltrane pake Sax, very romantic.

8. Horrorscope - Overkill (album).
Ini album terbaiknya, gahar. Gitarisnya ex roadie White Lion, Rob Cannavino tp sama sekali gak ada pengaruh White Lion di permainannya. Sayang rekamannya rusak, pas nyari lagi udah gak ada.

9. Reign in Blood and Season in the abyss - Slayer (album).
Pokoknya gue pengen denger Season in the abyss. Aduh dimana gue harus nyari. Via Amazone ?

10. Summertime - The Sundays
Termasuk 1 hit wonder di 1997, sekarang sih sering denger via VH1.

INXS Show Pics

By Request :
Because of my buddy here asked me for some exclusive pictures fom the Show, i uploaded some pictures taken from the show - courtesy of my sista, n-gie ,thanx but..upps without permission.

my review : http://utchink.blogspot.com/2006/08/concert-review-inxs-at-soundrenaline.html











Saturday, September 09, 2006

The Musician Series Part II

Setelah Gitar sekarang Bassis....

1. John Paul Jones (ex-Led Zeppelin)

Sebuah kehormatan gue beri kepada JPJ di tempat pertama. JPJ handal gak cuma bermain bass, tapi juga berkomposisi. Kebanyakan orang mengacuhkan peran JPJ di Led dulu, tapi kontribusinya sebenernya paling banyak. Coba siapa yang main organ di No Quarter ?

2. Geedy Lee (Rush)

Terus terang maen bass sambil pegang vokal susahnya minta ampun. Mr. Lee melakukannya dengan sangat baik. Leader-nya Rush yang masih berkiprah di era milenium.

3. Rob De Leo (ex-Stone Temple Pilots)

Rob De Leo adalah bassist dengan pengaruh Jazz/Blues yang kental di era alternative/grunge 90-an. 'Big Me' adalah komposisi yang terbaik milik STP dengan iringan bass gaya sedikit swing dan blues.

4. John Myung (Dream Theater)

RAsanya kayak liat orang maen bass dengan gaya maen soslo gitar. Gayanya yang kalem gak sebanding dengan kegarangan fingering-nya.

5. Cliff Burton (Metallica)

Cliff yang tewas secara tragis di Swedia adalah sosok yang eksentrik diantara para personel Metallica. Harus diakui bahkan hingga Jason menggantikan kedudukannya, ketiga personil lain sebenernya masih sangat takjub dengan kharismanya.

6. Jason Newsted (ex-Metallica)

Sebenernya lebih dikenal bukan karena permainannya, tapi sebagai Jason Newkid dan aksi panggungnya. Dan akhirnya banyak yang menyayangkan kepergiannya dari Metallica.

7. Stu Hamm


Disimak melalui 'jam' nya dengan Joe Satriani. Basist tambun dengan gaya 'cool' untuk disimak di panggung.

8. John Pattituci

Pertama kali kenal lewat Chick Corea Elektrik Band. Jazz kontemporer adalah wilayahnya.

9. Randy Hope Jackson (Incognito)

Yang kenal dengan album Positivity-nya Incognito pasti gak asing dengan beat bass Randy. Kayaknya Randy udah gak lagi dipake Incognito.

10. Stuart Zender (ex-Jamiroquai)

Mungkin album travelling without moving gak seterkenal sekarang jika bukan digawangi Stu. Ego yang terlalu besar dari Jay Kay membuatnya hengkang di sekitar 1997.

Wednesday, September 06, 2006

The Games

I live by them. Sejumlah games elektronik telah mengisi hari-hari luang gue sejak kecil sampai sekarang. Games yang gue sering mainin dan jadi fave gue adalah :

1. Winning Eleven Series (KONAMI)

Sampai sekarang game ini yang masih gue mainin. Kayaknya juga game fave para pecandu olahraga karena gerakan2 nya yang lumayan realistis. Kelemahannya cuma di data aksesorisnya yang kalah dari FIFA series yang memang dapat license dari FIFA.

2. FIFA series (EA Sports)

Sebelum WE game ini lah yang merajai dunia game bola. Datanya bagus banget, demikian dengan grafisnya. Sayang gerakan pemainnya cenderung kaku dan mudah ditebak.

3. NBA Live series (EA Sports)

Ini adalah game basket NBA keluaran EA Sports. Mungkin gue mesti bilang NBA Live sebenernya lebih unggul dibandingin FIFA.

4. Pacman (???)

Game klasik yang ga ada matinye. Sebelum jaman console atau PC merajalela, Pacman dimainkan di Amusement Center via game machine yang pake koin itu, ding-dong. GUe maen Pacman waktu kecil di Matahari, Bogor, tempat arena bermain anak-anak era 80-an.

5. Age of Empire II (Microsoft Games)

Pecinta game strategi pasti kenal dengan game legendaris ini. Memainkan beberapa peradaban dari beberapa negara/budaya dengan kelebihan masing-masing.

6. Grand Prix 3 (Sierra)

Game Balap F1 yang terakhir diluncurkan tahun 2002. Gerakan mobil F1 dan detail pendukungnya lumayan oke, dan ga perlu dilengkapi dengan kartu grafis yang 'mewah'. Sayangnya bagi sebagian pecandu game balap, game ini terlalu mudah untuk dimainkan. Salip-menyalipnya sebenernya realistis, tapi nyetir mobil ini yang gampang. Kayak pake Kontrol Traksi di Mobil F1 betulan artinya tinggal bejek gas aman deh. Mungkin lebih asyik kalo pake stir n pedal jadi bisa nentuin titik pengereman yang pas, soalnya kalo pake keyboard / joystick, ngerem secara manual itu susah banget.

7. Football Manager (SEGA)n Championship Manager Series (ah lupa publishernya)

Disatukan karena yang ngerjain FM adalah orang-orang ex-CM yang 'membelot' ke SEGA jadi kayaknya sama aja. Game manager bola ini memiliki database yang sangat lengkap dibanding game sejenis. Kekurangannya cuma tampilan visual yang ga terlalu bagus, mungkin space nya habis untuk database. Gak soal.

8. Tomb Raider series (publishernya sama dengan CM)

Genre petualangan sebenernya genre yang jarang gue mainin. Tomb Raider termasuk salah satu pengecualiannya. Game ini penuh teka-teki yang sayangnya gue juga ga terlalu mampu untuk memainkannya.

9. Resident Evil (KONAMI)

Sampe sekarang gue masih terkesan dengan visual zombie yang menyeramkan. Pertama kali mainin ini waktu malem2, sendiri pula dengan sound yang disetel agak kenceng. Wahh gue ketakutan sendiri, merinding maan.

10. Zoo Tycoon (???)

Memanage binatang-binatang di bonbin ternyata menyenangkan. Tambahan Add-on nya juga menarik.

11. Rock Stars (???)

Menjadi produser sebuah Band dengan misi yang berbeda2. Secara visual gak terlalu menarik sebenernya, meng-aransemen musik walau udah jadi dengan gaya yang berbeda2 itu yang cool. Bisa Punk, Pop, Disco, Metal et cetera.

12. NASCAR (EA Sports)

Game Balap ala amerika yang bisa disetel kekuatan lawannya. Lumayan untuk mengenal NASCAR yang ga terlalu populer disini.

13. Skywolf (???)

Ini juga gue mainin via ding-dong. Entah masih ada apa nggak. Adaptasi dari serial TV Airwolf tahun 80-an. Termasuk salah satu game yang berhasil gue 'khatam'in.

14. Railroad Tycoon (Sierra kayaknya)

Seri Tycoon yang menjadikan sarana transportasi kereta sebagai tajuknya. Bisa bikin jalur di AS, Eropa, UK, Asia banyak deh.

15. Delta Force series (???)

Ceritanya jadi tentara Amerika yang dikasih misi2 tertentu. Yang era modern dengan grafis yang bagus n tema sejenis tapi setting PD II itu apa ya ? itu bagus juga cuma gue lupa judulnya.

16. 1942 (KONAMI kayaknya)

Game klasik bersetting era PD II, juga via ding-dong. Kita mengemudikan P-38 Lightning lawan Zero, Pembom Betty, musuhnya Jepang semua. Tapi di akhir2nya lawannya makin aneh2. Pesawat Gede yang pelurunya banyak.

17. Raiden

Game ini masih ada di PC gue. Game pesawat tempur di dunia absurd. Musuhnya banyak banget dari Tank hingga Pesawat Besar yang entah apa.

18. Super Mario Bros (Nintendo)

Yang pernah ngalami kejayaan konsol Nintendo 8 bit ga ada yang ga tau Mario the plumber. Malah sampai dibuat film kartun.

19. Sonic The Hedgehog (SEGA)

Kalo yang ini ikon nya SEGA Genesis (versi Amerika n Europe) dan SEGA Megadrive (Asia). Game anak2 lah, mirip Mario.

20. Doom (???)

Game 1st person shooter. Masuk ke ruangan2 yang kadang2 penuh alien.

Monday, September 04, 2006

Announcement : My New Poem's Blog

Guys i moved all the poem to the new blog : http://andre-poetry-anthology.blogspot.com

Menjadi Orang Indonesia

Beberapa waktu lalu sebuah TV Nasional menayangkan berita tentang razia Pemda DKI Jakarta Selatan terhadap rumah-rumah dan pertokoan yang tidak memasang bendera merah putih pada tanggal 17 Agustus 2006 karena menurut PP nomor sekian-sekian tanggal sekian tentang itu, hal tersebut melanggar. Mereka yang kedapatan tempat aktivitasnya tidak mengibarkan bendera atau umubul-umbul merah putih kemudian dibawa ke kelurahan setempat untuk kemudian dikenakan denda yang sebenarnya tidak seberapa. Salah seorang pemirsa yang kebetulan sedang melakukan interaksi melalui telepon dengan semangat 45 berkomentar bahwa nasionalisme sekarang telah luntur, hanya sekedar mengibarkan bendera saja tidak mau, tidak mengingat perjuangan para pahlawan yang berjuang hidup mati mengibarkan merah putih dan seterusnya dan seterusnya.

Begitulah, nasionalisme di Indonesia selalu dilihat dari sudut pandang simbol-simbol. Pahlawan bangsa sepertinya hanya untuk mereka yang menyandang senjata dan memasang Garuda di dada. Coba perhatikan Taman Makam Pahlawan, dimanapun sebagian besar ‘penghuni’nya adalah mantan Tentara. Rasanya kalau sudah jadi TNI, menjaga negara sudah ‘klop’ disebut pahlawan, entah bagaimana perilaku dia semasa hidup. Mestinya TMP diganti saja namanya dengan Taman Makam Tentara Plus alias TMTP, yah tetep lah pake plus.

Menjadi orang Indonesia itu katanya banyak susahnya daripada senengnya, bener gak sih ?. Perhatikan kehidupan masyarakat kita, Homo Homini Lupus kayaknya sudah jadi hal yang biasa, menghargai orang lain di jalan misalnya sudah hampir tak terlihat. Saling sikut-menyikut, salip-menyalip yang semua katanya demi bertahan hidup. Betulkah mata hati kita sudah mulai tertutup ? Belum lagi tentang korupsi, penggusuran, penindasan,bentrokan, kejahatan semuanya seperti hal-hal biasa yang mengisi lembaran perjalanan hidup, secara langsung atau tidak, melalui pemberitaan media atau dialami sendiri. Kadang-kadang saya berpikir kapan media itu memberitakan hal yang menyenangkan ? Harapan itu bukannya tidak ada, setidaknya harus diakui terbesit rasa bangga di dada ketika Tim Olimpiade Fisika Indonesia meraih juara umum, walau tidak terlalu jadi headline yang besar-besaran di media, kalah oleh oleh spot kontroversi pemberitaan pemilihan Miss Universe 2006.

Aku ingat dulu kala keran TV Swasta dibuka lebar-lebar, orang ribut tentang kekhawatiran pengaruh budaya luar yang ditayangkan TV swasta terhadap masyarakat. Ada pula yang berpendapat kalau tayangan luar yang terlalu banyak mempersempit kreatifitas dan kesempatan kita untuk berkreasi. Oke, kemudian arahan media itu beralih untuk memberi porsi pada produk-produk anak bangsa dan akhirnya memang produk lokal yang sekarang mendominasi. Apa yang terjadi ? Yang ada hanyalah konsep menelan mentah-mentah gaya barat yang bobrok ke dalam bentuk jahiliyah modern rasa lokal, terkadang jauh lebih buruk, pembodohan rasanya. Sekarang sebenarnya yang mana sih yang harus lebih dikhawatirkan ?

Sekali lagi sebenarnya bukan tanpa harapan. Di balik semua kita masih punya seorang Butet Manurung yang mau bersusah payah mengajar anak-anak Kubu di pedalaman Sumatera. Kita masih punya manusia-manusia expert, handal, dan sebagainya. Terlalu bombastis ? Kita masih punya orang-orang kecil yang mungkin hidupnya sendiri sudah susah namun masih rela menolong orang masih mau mengingat kepentingan orang lain. Aku masih ingat sebuah tayangan reality show yang memberi orang-orang kecil sejumlah uang dan diberi waktu untuk menghabiskan uang untuk membeli berbagai keperluan. Satu waktu ada seorang Bapak yang hidupnya hanya dari berjualan di warung kecil pada sebuah daerah kumuh di Jakarta mendapat kesempatan tersebut. Di akhir acara Bapak itu ternyata membeli beberapa karpet. Ketika ditanya untuk siapa karpet-karpet ini. ‘Satu untuk saya, kemudian sisanya saya akan berikan ke mushola di lingkungan tempat tinggal saya. Saya ikhlas’. Man, jika aku sendiri yang mendapat kesempatan, mungkin tidak memikirkan hal-hal itu.

(Ini hanya sebuah tulisan, mungkin tanpa solusi dengan argumentasi yang matang serta tanpa plot yang jelas. Aku tidak berniat untuk ber-revolusi atau semacamnya. Revolusi di negara ini hanya melahirkan episode-episode lanjutan dengan inti cerita yang sama. Mensyukuri nikmat-Nya jauh lebih berarti daripada berkoar-koar tanpa niatan yang pasti. Jika ingin perubahan mulai aja dari diri sendiri)

Akhirnya mumpung Agustus masih belum lama lewat, mari ucapkan Selamat Ulang Tahun Indonesia. Di hari jadi yang ke 61 ternyata dirimu masih belum dewasa ……

Book Review : Melihat Jendela Hati



Publisher : Escaeva (2006)
Writer : Mindo
Price : Rp. 36.000,-

Keseharian di penatnya Jakarta ditangkap dengan sketsa dari sudut pandang yang berbeda oleh seorang Mindo, pekerja komuter Bogor-Jakarta (hikss..my hometown tuh). Menarik untuk disimak, karena dari sudut pandang tersebut rupanya dia seakan mendapatkan pencerahan untuk menjadikan hidup ini lebih berarti, dan lebih untuk bisa bersyukur. Dibawakan dengan bahasa yang kadang campur aduk namun simpel, mungkin secara tidak langsung kita juga pernah mengalami namun jarang mengamati.

Melalui buku ini kita seperti diajak melihat kalau sebenarnya di belantara Jakarta masih banyak terdapat bulir-bulir kebajikan hanya mungkin tertutup oleh kabut yang diciptakan sendiri. Yang pertama aku rasakan dari buku ini adalah nostalgia, ya nostalgia ketika aku sendiri masih jadi orang komuter Bogor-Jakarta. Bagaimana dia menyebutkan UKI sebagai terminal bayangan bus bogor, kemudian komdak dan tempat-tempat lainnya. Man, pikiranku melayang jauh menembus laut Jawa rasanya.

Yang kedua adalah penuturannya yang sangat humanis. Jakarta yang dideskripsikan Mindo bukan Monas, TMII, ancol atau venue-venue yang terkenal lainnya. Tapi jembatan penyeberangan, perempatan lampu merah. Memotret segala tingkah laku manusia dari beberapa sisi tanpa bermaksud menghakimi atau menggurui.

Sunday, September 03, 2006

The Weirdest Name of The Rock Band

Beberapa nama Band Rock yang pernah atau sedang wara-wiri sekarang ini didapati banyak yang aneh. Entah nama, arti atau inspirasinya. Berikut sebagian yang aku kumpulkan versi diri sendiri :

1. Cinderella

O.K. nama Band Hair Rock era 80-an emang rasanya aneh-aneh. Tapi pake nama Cinderella kayaknya kok lucu. Kesannya bukan nama Band Rock tapi nama Perkumpulan Para Pendongeng. Entah apakah Cinderella ini masih 'hidup' atau nggak.

2. Pretty Boy Floyd

Nah gak kalah lucunya, ini juga Band dari era yang sama n kayaknya udah tewas. Era ini memang ditandai dengan kostum para personilnya yang ke-cewek-cewekan. Yang menggelikan kalau ternyata nama Band metal lucu di awal 90-an 'Ugly Kid Joe' ternyata dipakai buat menyindir nama Band ini.

3. Hoobastank

Band yang lahir di era milenium. Coba cari di kamus manapun kayaknya gak bakalan dapet arti kata diatas. Dari sisi musikalnya gue suka, tapi namanya itu yang gak jelas. Apalah, mungkin emang bawa hoki.

4. Anthrax

Band Thrash Metal ini seangkatan dengan Metallica. Yang terlintas di kepala kalo denger kata Anthrax adalah penyakit sapi gila, atau virus mematikan. Band-band thrash emang sering pake nama2 sangar macam Slayer, Obituary, Death Angel, tapi kalau Anthrax kok aneh ya ? Sepupu gue aja dulu waktu gue lagi setel ketawa2 setelah gue kasih tau nama bandnya Anthrax.

5. W.A.S.P

Badn ini juga dari era 80-an. Sebenernya gak aneh, tapi nama Band ini ngeselin terutama bagi orang yang bukan kulit putih. W.A.S.P = White Anglo-Saxon Protestant, apakah mereka rasis ? Untuk soal itu gue ga tau persis yang jelas nama itu menyebalkan.

6. Foo Fighters

Digawangi ex Drummer Nirvana, Dave Grohl. Berkibar mulai pertengahan 90-an sampai sekarang. But apa sih artinya Foo Fighters itu ? Para pejuang Foo ? Yah benerin gue kalo salah. Atau mungkin para Kungfu Master ?

7. Pearl Jam

Band pesaing Nirvana, sama2 dari Seattle. Musiknya asik. Selintas gak ada yang aneh, tapi gue pernah baca kalo inspirasinya datang dari nenek Eddie Vedder bernama Pearl yang punya kebiasaan unik makan roti pake selai (Jam) yang dibubuhi ganja. C'mon, Selai-nya Pearl buat nama Band ?

8. Korn

Apakah artinya jagung ? entahlah. Tapi selintas pernah denger kalo mereka itu emoh di-persepsikan dengan Corn. So ?

9. Queen

Band legendaris yang pake nama Queen instead of King, padahal mereka Cowok walau satu diantaranya bukan cowok tulen. Mungkin kalo pake kata Queer lebih pas mengingat mereka juga pernah merilis Video Klip pake baju cewek di 'I Want To Break free'.

10. Twisted Sisters

Cuma satu kata aja deh buat ngomentari Band ini : Ha Ha Ha !!!!!

Saturday, September 02, 2006

The Musician Series : Part I

My Best Guitar Player.

Majalah Rolling Stones pernah memuat Daftar 100 gitaris terhebat sepanjang masa, Daftaryang menggelikan. Makanya sekarang gue buat versi gue sendiri walau gak sampe 100.

1. Jimmy Hendrix

Gue ga tau apa ejaannya bener apa nggak. Kalo soal yang satu ini kayaknya banyak orang setuju. Gitaris yang besar di era akhir 60-an yang mempengaruhi banyak gitaris2 Rock.

2. Steve Vai

Intrumentalis, Virtuoso dan Eksentrik. Band Alcatraz gak cukup besar untuk menampung ide2 nya. Senang bereksperimen dengan Sound atau main dengan gaya-gaya yang unik.

3. Marty Friedman (ex-Megadeth)

Instrumentalis juga ex Megadeth, let me tell you, Megadeth gak akan sebesar sekarang tanpa influence Marty pada album-album era 90-annya apalagi pada Rust In Peace (1990).

4. John McLaughlin (The Mahavishnu Orchestra, Solois)

The Mahavishnu Orchestra selain Band Jazz kadang2 sering dianggap Art Rock atau Progressive Rock di era 1970-an. Simak aja beberapa nomor solonya, kadang2 bikin bingung ini Jazz atau Rock.

5. Scott Henderson (Tribal Tech)

Lebih dikenal sebagai Gitaris Jazz yang mengidolakan Jimmy Page. Di suatu wawancara dia pernah bilang kalo walau saya memainkan Jazz saya gak akan pernah berhenti main Rock. Sayang susah banget nyari album2 Tribal Tech. Gue sekali liat penampilannya via TV waktu Tribal Tech manggung di JKTtahun 1994.

6. Edward Van Halen (Van Halen)

Dikenal sebagai raja tapping. Kalo disimak banyak intro2 dari Van Halen macam Erruption yang dipake jadi musical score berbagai acara/even. Yang pernah bikin gue bengong kala maen tangannya maen solo di fret gitarnya sambil loncat-loncat, wah gimana caranya ya ?

7. Tom Morello (ex-RATM, Audioslave)

Gaya maennya di Audioslave gak begitu banyak berubah dari jaman di RATM. Soundnya sangar, kadang2 kayak maen turn table pake gitar. Terus terang gue lebih prefer waktu jaman RATM, lebih deep kayaknya.

8. Russ Freeman (The Rippingtons)

Punggawa The Rippingtons, band smooth Jazz. Soundnya khas banget. Kadang pake distorsi tapi tetep lembut. Gayanya yang smooth ini yang bikin gue suka.

9. Stone Gossard & Mike McCready (Pearl Jam)

Gue gak bisa pisahin duo ini. 3 album awal Pearl Jam adalah contohnya. Go dan Animal adalah karya Pearl Jam yang paling gue suka, sebenernya gaya maennya biasa2 aja, tapi aransemen mereka yang keren. Dan gak ada yang lebih antara Stone atau Mike, dua2nya bertindak sebagai rhythm dan Lead.

10. Nick Webb dan Greg Carmichael (Acoustic Alchemy)

Satu lagi duo dari zona smooth Jazz asal British. Webb di Acoustic steel strings guitar dan Greg di Acoustic Nylon strings guitar. Sayangnya duo ini terhenti di pertengahan 90-an setelah Webb wafat karena kanker. Posisinya digantikan Miles Gilderdale.

11. Brian May (Queen)

Pati pernah denger solo Bohemian Rapshody. Gaya mainnya variatif. Sering disebut2 bapak tapping yang sebenarnya, bukan Eddie Van Halen. Tapi di suatu kesempatan pernah bilang : gak penting siapa yang menciptakan pertama kali, yang jelas Eddie memainkan tapping dengan luar biasa. Selain itu yang terkenal adalah gitarnya yang self-made.

12. Steve Lukather (Toto)

Gue berani bilang ini kopiannya Brian May. Dan sungguh gak cuma model rambut yang sama, tapi juga gaya bermainnya nyaris mirip. Era 80-an masih sering bermain dengan 'aman' di Soft Rock, di 90-an sampe sekarang malah terdengar mirip Hard Rock / Heavy Metal.

13. John Petrucci (Dream Theater, LTE)

Skillnya tinggi, gaya mainnya juga variatif. Pertama kali nyimak LTE(dan gue ga tau kalo itu LTE) gue pikir bukan dia yang maen. Sayangnya dia gak begitu punya ciri khas dalam bermain. Bisa aja dia bermain gaya Eddie Van Halen, atau sekonyong2 kayak Hendrix dan sebagainya.

14. Eet Syahranie (Edane)

Edane adalah Eet, walau gayanya di panggung dimirip2in dengan Angus Young-nya AC/DC he's my fave Indonesian guitarist.

15. Dave Mustaine (Megadeth)

Metallica will be greater than now if they still have me. Begitu katanya sekali waktu. Dikenal sebagai si Raja Metal paling arogan. Vokalis n gitaris Megadeth ini ex Leadnya Metallica di awal-awal karir mereka sebelum ditendang n digantikan Hammett.

16. Lee Ritenour (ex-Fourplay, Solois)

Lagi dari wilayah Jazz. Terus terang gue gak begitu tertarik lagi dengan Fourplay setelah dia keluar. Larry Carlton memang bagus tapi gue jauh lebih suka Fourplay saat Lee masih ada. Udah sering maen disini, terakhir kayaknya waktu Java Jazz kemarin.

17. Kim Thayil (ex-Soundgarden)

Solo-solonya di Soundgarden mistis banget kedengarannya, Gloomy, Dark begitulah. Mungkin dari asalnya yang keturunan India yang mempengaruhi. Entah dimana dia sekarang.

18. Vito Bratta (ex-White Lion)

Vito sudah pensiun, white lion pun sudah mati. Mike Tramp bukan White Lion. White Lion adalah Tramp dan Bratta.

19. Yngwie Malmsteen (Solois)

Yah terpaksa hanya di nomor2 akhir. Gaya speed metal eropa selalu melekat disamping perpaduan antara Rock dengan Klasik pada karya2nya.

20. Jimmy Page (ex-Led Zeppelin, Cream)

Dengan berat hati terpaksa Joe Satriani tidak masuk dalam daftar kali ini. Karya2 Joe yang monoton dan cenderung menurun membuat dia terpaksa harus mengalah untuk memberi tempat buat Jimmy Page. Okay let's talk about Page now. Dengan Les Paul 59-nya Jimmy memberi sentuhan Blues Rock yang membuat Robert Plant, John Paul Jones, John Bonham dan dirinya melegenda sebagai salah satu founding father-nya Hard Rock.

Orang-Orang Kalah

Sekian tahun yang lalu di sebuah toilet umum di deket pertokoan yang sekarang sudah almarhum, aku tertegun kala dua anak kecil (tampaknya pengamen atau pengemis), minta ikut sekedar buang air dan mandi. Setelah sedikit dibentak2 akhirnya sang penjaga toilet membiarkan mereka masuk (tanpa bayar, dan sepertinya sudah biasa). Pemandangan yang membuatku agak trenyuh waktu itu, ternyata ada orang yang susah untuk sekadar buang air di kota ini.

Sekali waktu di perempatan jalan kita lihat ini banyak yang berkeliaran mengadahkan tangan, yah mungkin saja mereka digunakan oleh seniornya para preman... sekali waktu berkomentar, ah mereka cuma diperalat.. tapi mungkin aja para senior itu juga hanya untuk bertahan hidup. Yang cuma memendam dendam melihat yang lain duduk dengan nyaman dalam CR-V nya yang dingin, atau juga hanya iri kepada penumpang bus yang tertidur pulas.

Pernahkah kita memikirkan sedikit saja mereka...manusia yang tersisih dari penatnya kehidupan. Atau merasa kalau yang namanya prostitusi, street crime dan sebagainya itu cuma bagian dari bertahan hidup. Atau sekadar kita hanya berkoar-koar tentang kesenjangan sosial dan seterusnya dan seterusnya. Atau juga berkhotbah di depan mimbar tentang orang-orang miskin, tanpa kita pernah berbuat apa-apa. Klise...klise....dan klise.... tapi mereka tetap ada. Dan sama, aku pun tidak pernah berbuat apa-apa... melalui tulisan ini pun aku tetap tidak berbuat apa-apa.

Aku bisa merasakan rasanya jadi mereka, melalui berbagai hal. No.. tidak perlu dengan ber-lapar2 ria, atau berdekil2 ria, atau lainnya. Cukup dengan pengalamanku hidup, Bagaimana perjuanganku untuk bisa dapat yang aku harapkan selalu mentok sana-sini. Aku bukan mereka, aku jauh lebih beruntung dari mereka, tapi aku bisa merasakan gimana rasanya jadi orang yang kalah. Aku bagian dari mereka beberapa saat.

Man loe gak bisa mengerti gimana rasanya kecuali merasakan hal yang sama. Kalau bisa, betapa kalian akan mensyukuri dengan apa yang kalian dapatkan.